Senin, 09 Maret 2009

Bekal Pemuda Dakwah

Kebahagiaan yang tak terkira manakala kita mendapati shahwah islamiyah begitu semarak di muka bumi ini. Kita temukan pemuda-pemuda yang tegap berdiri, menyingsingkan lengan baju untuk mengemban tugas-tugas dakwah. Tak sedikitpun terbesit wajah lelah yang merona di wajah mereka. Hanya ada semburat semangat perjuangan yang begitu mempesona, tegas dan membara. Mereka memenuhi masjid-masjid kaum muslimin, meramaikan kegiatan syiar Islam. Bersatu bahu membahu menyelamatkan ummat dari keterpurukan aqidah ibadah dan muamalah mereka.

Inilah sosok pemuda yang selama ini kita dambakan. Sosok pemuda yang selalu identik dengan sosok manusia yang masih segar bugar. Penuh vitalitas dan potensi yang optimal. Sehingga sangatlah membanggakan bila dalam kondisi sesegar itu, seorang pemuda mengenal Islam dan memperjuangkannya. Jadilah ia pemuda dakwah yang menyongsong kebangkitan Islam di muka bumi. Menjadi saksi sekaligus pelaku perjuangan demi tegaknya risalah Ilahi. Merekalah ujung tombak perjuangan yang mengarahkan perubahan peradaban dan mengendalikannya sesuai dengan sunnah nubuwah yang telah digariskan.

Tentu saja menjadi sosok pemuda dakwah tidaklah mudah. Di tengah pergaulan dunia yang semakin terbuka. Guncangan arus globalisasi yang sedemikian mencekik leher dan mengurat nadi, membuat generasi ummat ini harus berpikir keras bagaimana mengembalikan pemuda ke jalan RabbNya. Derasnya arus teknologi informasi, budaya hedonisme, tradisi semau gue dan seabrek tantangan lainnya, siap menghadang niat baik ini. Tapi semuanya tidaklah mustahil. Masih banyak tenaga yang kita miliki, masih banyak pula cara yang belum kita coba. Amunisi masih segudang, senjata masih banyak yang belum digunakan. Kita masih punya kesempatan untuk mencetak kader pemuda yang menjadi kebanggaan ummat ini.

Menjadi sosok pemuda dakwah membutuhkan beberapa perangkat yang akan membentuknya. Perangkat-perangkat tersebut manakala terkumpul menjadi satu, akan menjadi unsur pembentuk yang sangat berlengkapan. Saling melengkapi dan saling mendukung antara satu dengan yang lain. Perangkat-perangkat tersebut adalah:

Mengetahui Tujuan Hidup

Allah menciptakan manusia di dunia bukan untuk sebuah permainan. Pemuda harus tahu dan sadar untuk apa ia diciptakan. Sehingga ia paham kenapa harus bernafas, dan kenapa harus menapakkan kaki di dunia ini. Allah SWT menciptakan manusia, termasuk para pemuda semata untuk beribadah kepada-Nya.

Dengan demikian seorang pemuda harus memiliki niat harus ikhlas semata karena Allah, tunduk dan patuh terhadap hukum Allah, memberikan loyalitas pada Allah, mengeluarkan manusia dari penghambaan terhadap manusia kepada penghambaan terhadap Rabb-nya. Senantiasa aktif mempelajari ayat-ayatNya dan memperbaiki diri dengan ilmu yang syar’i dan bermanfaat. Ia bukan sebuah ikon permainan, yang tak ada makna diciptakan. Ia juga bukan sampah yang hanya hidup dan membuat kerusakan. Ia bukan pula manusia tak berguna yang hanya mengisi hidup dengan sendau gurau dan foya-foya.

Sebaliknya, ia adalah makhluk yang telah direncanakan untuk menghamba pada Allah SWT. Memberikan pengorbanannya secara tulus tanpa syarat, demi mengharap wajah Rabb-Nya. Oleh karenanya, ia harus pandai memanfaatkan sisa hidupnya dengan hal-hal yang berguna. Menjadi pelopor perubahan masyarakat dan menjadi pemuda yang tanggap akan perubahan zaman yang saat ini bersamanya.

Mereka bak seorang pengemudi yang tahu kemana tujuan mereka. Tidak hanya itu, mereka juga sangat tahu bagaimana menuju tujuan itu. Mereka paham harus melewati jalan mana, harus berbelok ke arah mana dan harus mengendarai kendaraan apa. Tidak ada istilah bingung meniti jalan, tidak pula linglung tak tahu ke mana harus menuju. Ummat ini adalah penumpang mereka, yang bisa diarahkan menuju tempat tujuan yang paling baik.

Peduli Terhadap Dunia Islam

Era globalisasi saat ini telah meniadakan batas wilayah sebuah negeri. Jarak yang begitu jauh, tak menghalangi informasi yang bisa diakses kapan saja dan dimana saja. Sehingga apa yang terjadi di negeri-negeri kaum muslimin bisa diketahui dengan mudah melalui perangkat media massa yang ada. Kita ketahui bahwa di banyak negeri kaum muslimin, musuh Islam dari berbagai elemen, kelompok bahkan negara telah bersekutu mengepung Islam dan ummatnya dari berbagai penjuru. Mereka tidak memberi kesempatan ummat ini muntuk melawan, karena kekuatan yang tidak seimbang. Secara fisik dan mental, umat islam di negeri-negeri tersebut telah terkalahkan. Simul-simpul kekuatan mereka telah lumpuh, dan hampir sama sekali tidak mampu melakukan perlawanan. Sungguh sangat menyedihkan! Oleh karena itu, saatnya pemuda ummat ini untuk bangkit dari kemalasan. Mengambil buku, membaca dan menelaah kondisi alam islami yang carut marut ini. Mengkajinya di ruang-ruang belajar, bersama dengan orang-orang yang kritis dan memiliki kepedulian terhadap kejayaan islam. Bolehlah mereka tinggal di desa yang terpencil jauh dari keramaian, namun hati dan pikirnya selalu memikirkan nasib ummat islam di belahan bumi manapun. Kaki mereka boleh tidak berpijak, tapi pikiran mereka harus global dan mendunia.

Selalu Optimis, Jauhi Pesimis

Membangun sikap positif adalah sebuah kebiasaan yang baik. Nilai ini harus dikenalkan pada pemuda agar mereka selalu yakin dengan usaha perjuangan yang mereka lakukan. Dakwah adalah jalan panjang yang berliku dan penuh rintangan. Maka diperlukan sikap optimis yang memompa semangat juang mereka. Sehingga tak ada kata kalah, menyerah atau bahkan putus asa. Semua masih bisa dicoba kembali, dan harus tetap berjalan hinga perjuangan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Selain itu, sejarah telah membuktikan betapa perlawanan adalah sebuah kata mati ketika dihadapkan pada sebuah penindasaan masal. Kita bukan bangsa lemah, melainkan kita sendiri yang menyengaja memperlemah diri dengan maksiat yang kita lakukan. Hidup adalah rentetan perjuangan yang mengasyikkan. Setiap pemberhentiannya tidak menyisakan sebuah kesan, kecuai senyuman indah kepuasan, dan air mata kebahagiaan. Kita bangsa pejuang, yang dilahirkan dari rahim ibu-ibu shalihah yang mengandung kita dengan dzikir dan doa.

Meneladani Rasulullah

Perangkat pemuda dakwah selanjutnya adalah memilih keteladanan. Teladan adalah contoh, dan contoh akan menentukan sikap kita dalam keseharian. Yaitu Nabi Muhammad SAW, para shahabat, adalah orang-orang yang mesti menjadi teladan kita. Merekalah sumber inspirasi amal yang tak berkesudahan. Keringat dan peluh bercucuran, adalah sebuah keniscayaan perjuangan. Berjuanglah seperti mereka berjuang. Berdakwahlah sebagaimana mereka berdakwah. Hidup bukan mencontoh pada selebriti yang memuakkan. Hidup juga bukan mengekor pada tren yang menyesatkan. Tapi hidup adalah seni memanfaatkan waktu yang optimal untuk berbuat yang terbaik bagi Allah, Rasulullah dan orang-orang yang beriman. Hidup adalah bagaimana memberi manfaat yang besar bagi kemajuan Islam. Bukan malah menorehkan tinta busuk yang akan mengotori sejarah kita.

Memahami Keutamaan Dakwah dan Dai

Dakwah adalah sebuah pekerjaan yang mulia dan kewajiban yang sangat asasi bagi setiap mukmin. Ia adalah pekerjaan primer sebelum pekerjaann lainnya. Setiap mukmin adalah dai, profesi apapun dia. Dai juga merupakan sosok terpilih yang dipilih Allah dari sekian manusia yang ada. Mereka adalah ujung tombak dakwah islam. Mereka menyerukan kebaikan dan mencegah kemungkaran. Pemuda dakwah harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari manusia pilihan. Sehingga kekuatan azzam dalam hati tidak akan mudah luntur. Ketabahan dalam menghadapi ujian dakwah juga akan semakin kokoh. Tak bergeming meski badai menerpa, dan tak kan mundur meski ranjau menghadangnya.

Mengetahui Strategi Dakwah

Pemuda dakwah bukanlah mereka yang mengucilkan diri dari masyarakat. Mereka berbaur dan melakukan perbaikan di dalamnya. Meski pahit dan menyiksa, tapi begitulah adanya. Mereka harus belajar untuk menanamkan pengaruh pada masyarakat. Semakin masayarakat percaya pada mereka, maka mereka semakin mendapat hati masyarakat. Dakwah mereka diterima dengan baik, dan bahkan mampu menjadi panutan. Oleh karena itu, mereka harus selalu mengamalkan apa yang diucapkan.

Kemudian mereka harus mempelajari dengan cermat situasi dan kondisi lingkungan masyarakat obyek dakwah. Melakukan skala prioritas. Lemah lembut dan tulus dalam mengajak orang lain ke pangkuan Islam.

Tidak ada komentar: