Rabu, 27 Januari 2010

sahabat

kala sahabat bersedih, sesungguhnya dia membutuhkan telinga kita untuk mendengarkan tangisnya, mengharapkan tangan kita untuk menyeka air mata dan menggengam erat tangannya hingga dia sadar bahwa masih sahabat untuknya

jika ternyata senyum mampu mencairkan kebekuan hati dan maaf mampu meluruhkan congkaknya nurani, mengapa masih saja manusia merasa sombong tetap tak tersenyum dan memaafkan kepada sesamanya.

jika kehilangan itu sesuatu yang pasti dan rasa sakit itu pasti menghampiri maka berusahalah tersenyum meski itu tak akan mengembalikan hatinya lagi

selamat pagi sahabat. tak ada bingkisan yang kuhaturkan, tak ada undangan pesta kubawa serta. hanya salam setelah sekian lama tak jumpa. dan doa, semoga hidup sahabat selalu indah dan penuh rahmah

tak ada orang yang lebih berani selain orang yang tak mempunyai apa-apa. dan tak ada yang lebih merasa tak memiliki apapun selain orang yang tawakal dan berserah diri kepada tuhan

jika terpaksa harus kalah, maka jadilah pecundang terhormat daripada kalah sebelum berjuang. padahal sebenarnya, sahabat berhak menjadi pemenang mulia!

salam sahabat, tiap sakit hanya mengingatkan akan bernilainya sehat, tiap sedih sekedar menyadarkan akan indahnya bahagia dan tiap kehilangan menunjukan betapa berharganya apa yang kita miliki saat ini

Ketika Mencintai Seseorang...

Jika kamu memancing ikan....
Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah kamu mengambil ikan itu....
Janganlah sesekali kamu melepaskannya kembali ke dalam air begitu saja....
Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu dan mungkin ia akan menderita selagi ia masih hidup.


Begitulah juga setelah kamu memberi banyak pengharapan kepada seseorang...
Setelah ia mulai menyayangimu, hendaklah kamu menjaga hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....
Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu dan mungkin tidak akan dapat melupakan segalanya selagi dia mengingatmu. ...

Jika kamu menadah air, biarlah mendapat sedapatnya,
jangan terlalumengharap pada kedalaman lengkungannya dan janganlah menganggap wadah itu
begitu kokoh cukuplah menadah sesuai kebutuhanmu. ...
Apabila wadah itu sekali retak....
tentu sukar bagi kamu untuk menambalnya kembali menjadi seperti semula....
Akhirnya kamu akan membuangnya. ...
Sedangkan jika kamu mencoba memperbaikinya, mungkin kamu masih dapat mempergunakannya lagi....

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang, terimalah seadanya....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa.... ......
Anggaplah dia manusia biasa....
Bila tidak, apabila sekali dia melakukan kesilapan, tidak mudah bagi kamu untuk menerimanya.
...akhirnya kamu akan kecewa dan meninggalkannya
Sedangkan jika kamu memaafkannya, boleh jadi hubungan kamu akan terus hingga ke akhir hayat....


Jika kamu telah memiliki sepiring nasi, punyamu pastilah yang terbaik untuk dirimu mengenyangkan dan berkhasiat.
Mengapa kamu lengah, mencoba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
Dan kamu akan menyesal.


Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang kekasih.....
kekasihmu itu pasti membawa kebaikan kepada dirimu.
Menyayangimu dan mengasihimu. ..
Mengapa kamu berlengah, mencoba membandingkannya dengan yang lain.
Mungkin tanpa sadar kamu terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan kehilangannya apabila dia menjadi milik orang lain dan
Kamu juga yang akan menyesal.

Senin, 11 Januari 2010

Bercerminn pada diri sendiri

Berpikir matang sebelum bertindak merupakan langkah yang tepat sebelum mengambil keputusan.didalam kehidupan,misalnya banyak insan di kelompok masyarakat yang hanya ikut-ikutan melakukan sesuatu tampa mengetahui ujung pangkalnya.bahkan lebih parah lagi yang penting mengikuti arus tampa mengetahui dari mana dan kemana arus tersebut mengalir membawa dirinya.Ibaratnya,hanya ikan mati yang berenang mengikuti arus,sementara ikan yang hidup tetap dinamis.ia akan berenang samabil menari di arus yang mengalir tersebut,bahkan kadang-kadang melawan arus.Hanya mereka yang mati ruhaninya,mati mental dan hati nurani yang beku,yang hanya mengikuti arus yang ada di dalam kelompok masyarakat,terutama arus-arus yang negative.Hal lebih parah lagi,seseorang rela melakukan apapun juga tampa tahu alasannya,yakni hanya melampiaskan dorongan psikologinya/emosinya yang teak tertahankan.
Ada sebuah fenomena menarik tentang pohon bamboo untuk menggambarkan damapak hal tersebut.kita ketahui bahwa pohon bamboo yang lurus cenderung lebih sepat di potong untuk di gunakan sebagi kayu baker atau pagar atau kerajinan lainnya.adapun bamboo yang bengkok cenderung di biarkan tumbuh terus dalam kebengkokannya.kehidupan manusiapun tampakmya cenderung di warnai fenomena bamboo tersebut.mereka yang lurus dan berjalan di dalam kebenaran,baik bergaul dengan baik di dalam masyarakat,cenderung cepat di potong dari pada mereka yang bengkok-bengkok saja.itulah sebabnya kita menjunjung tinggi upaya-upaya untuk tidak memotong bamboo bengkok tersebut,
Sayang sekali,banyak individu yang terjebak dalam pola kehidupan yang ikut-ikutan seperti itu hanya karena menyenangkan seorangan dia anggap berpengaruh di dalam masyarakat.perlu di bedakan antara hati dengan motivasi yang jernih untuk melakukan itu semua dengan tetap mengedepankan nilai-nilai kehidupan.melayani orang yang tidak bersalah.Namun jika dorongan untuk melayani di dasari oleh adanya suatu kepentingan untuk mendapatkan sesuatu di kemudian hari,hal itu perlu di pertanyakan lebih lanjut niat dan tujuan yang ingin di capainya.manusia di ciptkan dengan memiliki seperangkat akal budi,tentu hal ini patut di perdayakan untuk mengimbangi dorongan emosi.oleh karena itu,kematangan seseorang bukan dilihat dari seberapa keras dia membentak seseorang,atau seberapa licik dia menghambat orang lain,melainkan di lihat dari seberapa besar dia mampu mengendalikan emosi diri dalam keadaan apapun juga.
Pada dasarnya manusia lebih suka menceritakan keburukan orang lain dari pada kebaikannya.hampir semua konflik antar personal di mulai dari prasangka buruk.ironisnya lagi,semua prasangka buruk terkadang di terima mentah-mentah dari orang lain tampa ada saringan rasional,dia menyampaikan informasi kejelekkan seseorang kepada yang lainnya,tampatahu keadaan yang sebenarnya (hanya ikut-ikutan saja).kita bukan bukan hewan maka saat ini seyogyanya bisa mengambil keputusan untuk tidak menyebarkan informasi –informasi negative kepaa orang lain dengan kesadaran bahwa kita di ciptakan dengan nilai-nilai luhur sebagi manusia.bahkan,kita ciptakan sebagi makhluk yang mememiliki derajat tertinggi di antara ciptaan lainnya.
Di lain pihak,untuk mengubah sesuatu yang sudah lama niscaya mereka akan menjawab,”nggak tahu”,memank dari sononya sudah demikian.mempelajari riwayat suatu kejadian untuk mengubah sesuatu,baik di lingkungan internal maupun eksternal adalah sesuatu yang sangat baik namun,jika hal tersebut mengaburkan niat untuk melakukan perbaikan,tentu akan menjadikan fenomena tersebut sebagai sebuah kultur sudah dari “sono nya” tampa ada kemampuan untuk melakukan perbaikan diri yang berate.harus ada kemampuan untuk mengambil resiko berat dan berani melakukan sesuatu dengan alasan – alasan yang logis.
“perubahan selalu paling sulit bagi orang yang terlibat dalam rutinitas.karena itu,ia sendiri berati telah menurunkan kualita hidupnya dengan apa yang dapat ia tangani dengan nyaman dan tidak menyambut perubahan atau tantangan yang akan mengangkat niatnya.

Pertanyaan untuk diri sendiri:
1.apakah saya selama ini hanya ikut-ikutan orang lain tampa melakukan pertimbangan matang sebelum mengambil keputusan???
2.apakah saya bersedia meninggalkan tingkah laku dan kebiasaan buruk saya yang justru tidak menjamin masa depan saya??
3.apakah saya bersedia untuk mengendalikan emosi sehingga setiap perkataan yang akan saya lontarkan kelak betul-betul berguna bagi orang lain,bukan menjadi isu negatif atau rumor??

Lebih baik mengingatkan,daripada Menyalahkan
Selalulah berpikirlah positif dan selalu senyum adalah kunci ketenangan jiwa


Komitmen untuk merefleksikan dan inspirasi diri

Sabtu, 09 Januari 2010

Kisah sepotong Kue

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam.
Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba.
Untuk membuang waktu,ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk.Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya , ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada diantara mereka.Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu.
Wanita itupun sempat berpikir: "Kalau aku bukan
orang baik sudah kutonjok dia!“.
Setiap ia  mengambil satu kue, Si lelaki juga
mengambil satu.Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa
yang akan dilakukan lelaki itu.Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan  membaginya dua.
Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi. Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir : “Ya ampun orang ini berani  sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”.
Belum pernah rasanya ia begitu kesal.Ia menghela napas lega saat  penerbangannya diumumkan.
Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. 
Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih".Ia naik pesawat dan duduk  di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia  merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget.
Disitu ada kantong kuenya, di  depan matanya !!!
Koq milikku ada disini erangnya dengan patah hati.
Jadi kue  tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia  tersandar sedih.Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu
terima kasih.
Dan dialah pencuri kue itu !

Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi.
Kita sering  berprasangka dan melihat orang lain dengankacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.

Oranglainlah yang selalu salah
Orang lainlah yang patut disingkirkan
Orang lainlah yang tak tahu diri
Orang lainlah yang berdosa
Orang lainlah yang selalu bikin masalah
Orang lainlah yang pantas diberi pelajaran padahal kita sendiri yang mencuri kue,kita tidak tau terima kasih
Kita sering mempengaruhi, mengomentari , mencemooh pendapat, penilaian atau  gagasan orang lain .
Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.